Selasa, April 15, 2008

HIKMAH DISYARI'ATKANNYA THOHAROH

Islam mensyariatkan bersuci, karena memuat banyak hikmah yang kami sebutkan disini diantaranya :

  1. Bahwa thoharoh itu termasuk tuntunan fitrah karena manusia dengan fitrahnya cenderung kepada kebersihan. Dan dengan tabiatnya membenci kotoran dan hal-hal yang menjijikan. Dan oleh karena itu, islam itu adalah agama fitrah, maka wajarlah bila ia menyuruh untuk bersuci dan menjaga kebersihan.

  2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang islam.

  3. Memelihara kesehatan

  4. Berdiri dihadapan Allah dengan keadaan suci, bersih , karena manusia dalam sholatnya berbicara dan berbisik kepada tuhannya. Oleh karena itu sepatutnya dia menghadap dalam keadaan yang suci lahir dan batin. Bersih hati dan tubuhnya, karena Allah menyukai orang-orang yang gemar bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci.

Dilema guru mendisiplinkan siswa

Ada berita menarik pada tampilan Suara Pantura 8 maret 2008 tentang SMUN 3 ( mestinya SMAN 3 ) Brebes berjudul “ Yudianto Juara Cipta Mars Pilgub “. Beritanya kecil dan kalau hanya baca judulnya saja, orang tidak tahu bahwa Yudi adalah guru SMAN 3 Brebes. Sementara di sebelahnya terpampang lebar hamper setengah halaman, gambar dan judul yang begitu besar “ Ratusan Siswa SMUN 3 Brebes Demo “.

Disinilah ( mungkin ) teknik pemberitaan media agar menarik pembacanya. Yang baik cukup sisipkan sedang yang negative ditonjolkan. Orang lebih suka membaca berita negative daripada positif. Terlepas adil atau tidak ( balance), saya ingin menyoroti masalah pendisiplinan dan penertiban siswa di sekolah.

Di sebuah SMPN pernah terjadi orang tua / wali murid minta ganti celana yang digunting guru gara – gara tidak sesuai dengan aturan seragam sekolah meski sudah tertera dalam tata tertib yang dipasang di tiap kelas dan setiap upacara berkali-kali diperingatkan. Namun orang tua / wali siswa tersebut tetap meminta ganti dengan berbagai intimidasi.

Tanpa bermaksud mendukung kekerasan fisik di sekolah, mari amati kedisiplinan dan ketertiban para siwqa dewasa ini. Angka keterlambatan, absensi, ketertiban berpakaian, terlebih sikap sopan santun serta etika pergaulan makin rendah. Bisa saja orang menuduh sekolah dan guru tidak tegas.

Tetapi bagaimana tayangan sinetron yang menjadi kiblat remaja dengan tampilan seragam yang tidak p[atut ? bagaimana para siswa yang berangkat dari rumah berangkat, tapi tidak sampai sekolah. Orang tua yang dipanggil untuk konfirmasi tidak hadir karena ibu di arab dan ayahnya di Jakarta.

Kalau ada guru tegas malah dimusuhi bahkan didemo tapi kalau dibiarkan akan bertambah parah akibatnya. Perlu kearifan berbagai pihak untuk mengatasi dilematis guru dalam mendisiplinkan siswa. Jangan sampai ada ungkapan, manakala anak pandai siapa bapaknya. Manakala anak bodoh, siapa sih gurunya ?


Oleh : Cahir Sanhapi

Bulusari 113 RT 1/RW. I bulakamba, Brebes

Peran Orang Tua dalam Mendukung Sukses Pendidikan Anak[1]

Oleh Adi Junjunan Mustafa[2]

Dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua (orang tua) dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Rabbku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil.” (QS al-Isra, 17:24)

Sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, ” Wahai Rabbku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada-Mu dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS al-Ahqaf, 46:15)

Ayat pada surat al-Isra di atas menggambarkan betapa besarnya arti pendidikan orang tua kepada anak-anak semasa mereka kecil, hingga Allah swt mengabadikan dalam lafazh doa pada al-Quran. Sementara itu, pada surat al-Ahqaf:15 tergambar bahwa kematangan kepribadian seorang beriman tercermin dalam usaha dan permohonan kepada Allah agar kebaikan pada dirinya menjadi washilah kebaikan yang akan diperoleh anak cucunya. Oleh karenanya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak semasa kecil menjadi sebuah kewajiban dalam ajaran Islam.

Orang tua hendaknya memiliki pengetahuan dan visi yang shahih (benar) dan jelas akan arah pendidikan anak. Ayat di atas memberi bekal para orang tua agar mengarahkan pendidikan anak pada sikap bersyukur kepada Allah dan pada perbuatan-perbuatan kebajikan (’amal shalih) yang diridhai Allah. Visi ini harus melekat pada orang tua di tengah berbagai tarikan-tarikan materialisme dalam tujuan kehidupan [1].

Professor Arief Rachman mengatakan bahwa anak butuh akhlak dan watak [2]. Beliau melihat pendidikan di Indonesia secara umum hanya menekankan aspek kognitif (pikiran, akademis). Hal-hal yang sifatnya terukur saja. Sementara itu, soal akhlak dan watak serta hal lain yang tidak terukur, boleh dibilang ditelantarkan. Padahal kalau kita membaca tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Pendidikan, kita bisa melihat bahwa tujuan pendidikan itu memuat juga kedua hal tersebut. Inilah yang menyebabkan bangsa ini sulit menjadi bangsa yang besar. Korupsi masih ada di mana-mana, sikap tidak sportif merebak di berbagai dimensi kehidupan dan sikap-sikap negatif lainnya.

Menimbang hal-hal di atas, makalah ini akan dibuka dengan sifat pendidik suskes menurut arahan Nabi Muhammad saw. Kemudian dikupas secara singkat bentuk-bentuk pelibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah. Dan pada bagian akhir disampaikan kiat-kiat orang tua dalam membangun jiwa (kepribadian) anak yang merupakan bagian paling mendasar dalam pendidikan.

Sifat-sifat Pendidik Sukses dalam Pengarahan Nabi saw.

Ustadz Muhammad Ibnu Abdul Hafizh Suwaid mencatat beberapa sifat pendidik sukses sebagai berikut [3]

1. Penyabar dan tidak pemarah, karena dua sifat ini dicintai Allah swt. (h.r. Muslim dari Ibnu ’Abbas)

2. Lemah lembut (rifq) dan menghindari kekerasan.

Allah itu Maha Lemah Lembut, cinta kelemahlembutan. Diberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya (h.r. Muslim dari ’Aisyah). Tidaklah kelemahlembutan itu terdapat pada sesuatu melainkan akan membuatnya indah, dan ketiadaannya dari sesuatu akan menyebabkannya menjadi buruk. (h.r. Muslim)

3. Hatinya penuh rasa kasih sayang

Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersifat penyayang. (h.r. Ibnu Bazzar dari Ibnu ’Umar)

4. Memilih yang termudah di antara dua perkara selama tidak berdosa

Tidaklah dihadapkan kepada Rasulullah antara dua perkara melainkan akan dipilihnya perkara yang paling mudah selama hal itu tidak berdosa. (Mutafaq ‘alaih)

5. Fleksibel (layyin)

Bukanlah fleksibilitas yang berarti lemah dan kendor sama sekali, melainkan sikap fleksibel dan mudah yang tetap berada di dalam koridor syariah. Neraka itu diharamkan terhadap orang yang dekat, sederhana, fleksibel (lembut) dan mudah –qariib, hayyin, layyin, sahlin- (h.r. Al Kharaiti, Ahmad dan Thabrani)

6. Ada senjang waktu dalam memberi nasihat

Ibnu Mas’ud hanya memberi nasihat kepada para sahabat setiap hari Kamis. Maka ada seorang yang berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdur Rahman, alangkah baiknya jika Anda memberi nasihat kepada kami setiap hari.” Beliau menjawab, “Saya enggan begitu karena saya tidak ingin membuat kalian bosan dan saya memberi senjang waktu dalam memberikan nasihat sebagaimana Rasulullah lakukan terhadap kami dahulu, karena khawatir kami bosan.” (Muttafaq ‘alaih).

Dasar dari sifat-sifat mulia di atas adalah keshalihan orang tua. Keshalihan orang tua ini akan memiliki pengaruh positif terhadap anak-anak. Firman Allah, “Dan orang-orang yang beriman, Kami akan pertemukan keturunan mereka dengan mereka. Dan Kami sedikitpun tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.” [QS ath-Thur, 52:21]. Mengomentari ayat ini, Ibnu ‘Abbas berkata, “Allah akan mengangkat derajat keturunan manusia bersama orang tuanya di Surga nanti walaupun kedudukannya tidak setinggi orang tuanya.”

Keikutsertaan Orang Tua dalam Pendidikan Anak di Sekolah

Beberapa peneliti mencatat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut [4].

Ø Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri

Ø Meningkatkan capaian prestasi akademik

Ø Meningkatkan hubungan orang tua-anak

Ø Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah

Ø Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah

Pihak sekolah dapat menyiapkan beberapa metoda untuk dapat melibatkan orang tua pada pendidikan anak, diantaranya dengan:

Ø Acara pertemuan guru-orang tua

Ø Komunikasi tertulis guru-orang tua

Ø Meminta orang tua memeriksa dan menandatangani PR

Ø Mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang aktif diikuti para orang tua

Ø Kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah

Ø Terus membuka hubungan komunikasi (telepon, sms, e-mail, portal interaktif dll)

Ø Dorongan agar orang tua aktif berkomunikasi dengan anak

Diantara teori pendidikan menyebutkan sebuah paradigma tripartite (tiga pusat pendidikan), yang menempatkan sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai tiga elemen yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan [5]. Dari ketiga elemen tripartite itu, keluarga merupakan fokus utama yang harus mendapat perhatian lebih, karena anak lebih banyak berada di rumah.

Cara Efektif Membangun Jiwa Anak

Sesungguhnya tugas utama pendidikan anak adalah membangun jiwa mereka agar siap menerima berbagai pelajaran dan kelak mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh demi kebaikan sesama. Ustadz Muhammad mengupas pengarahan Nabi Muhammad saw dalam membangun jiwa anak [6], sebagai berikut.

1. Menemani anak

Persahabatan punya pengaruh besar dalam jiwa anak. Teman adalah cermin bagi temannya yang lain. Satu sama lain saling belajar dan mengajar. Rasulullah saw berteman dengan anak-anak hampir di setiap kesempatan. Kadang-kadang menemani Ibnu ’Abbas berjalan, pada waktu lain menemani anak paman beliau, Ja’far. Juga menemani Anas. Begitulah Rasulullah berteman dengan anak-anak tanpa canggung dan tidak merasa terhina.

2. Menggembirakan hati anak

Kegembiraan punya kesan mengagumkan dalam jiwa anak. Sebagai tunas muda yang masih bersih, anak-anak menyukai kegembiraan. Bahkan orang tua merasakan kegembiraan dengan riangnya mereka. Oleh karena itu, Rasulullah saw selalu membuat anak-anak bergembira, antara lain dengan cara:

Ø Menyambut anak dengan baik

Ø Mencium dan mencandai anak

Ø Mengusap kepala mereka

Ø Menggendong dan memangku mereka

Ø Menghidangkan makanan yang baik

Ø Makan bersama mereka

3. Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya

Umumnya manusia, apalagi anak-anak, suka berlomba. Rasulullah pun suka membuat anak-anak berlomba, misalnya ketika beliau membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan anak-anak ‘Abbas lainnya, lalu bersabda, “Siapa yang mampu membalap saya, dia bakal dapat ini dan itu …” Maka mereka pun berlomba membalap Rasulullah saw sehingga berjatuhan di atas dada dan punggung beliau. Setelah itu mereka diciumi dan dipegangi oleh beliau.

4. Memberi pujian

Pujian punya pengaruh penting dalam diri anak, sebab dapat menggerakkan perasaan dan emosinya sehingga cepat memperbaiki kesalahannya. Mereka bahkan menunggu-nunggu dan mendambakan pujian.

5. Bercanda dan bersenda gurau

Canda dan senda gurau akan membantu perkembangan jiwa anak dan melahirkan potensinya yang terpendam. Rasulullah saw menyerukan, “Barangsiapa punya anak kecil hendaklah diajak bersenda gurau!” (h.r. Ibnu Asakir)

6. Membangun kepercayaan diri anak

Ini dilakukan dalam bentuk:

Ø Mendukung kekuatan ‘azzam pada anak, misalnya melatih menjaga rahasia dan membiasakan anak berpuasa

Ø Membangun kepercayaan sosial

Ø Membangun kepercayaan ilmiah

Ø Membangun kepercayaan ekonomi dan perdagangan

7. Memanggil dengan panggilan yang baik

Bermacam-macam cara Rasulullah saw memanggil anak, tujuannya untuk menarik perhatian dan membuat anak siap mendengar apa yang hendak dipesankan. Panggilan ini misalnya “nughair” atau si burung pipit, “ghulam” yang berarti anak, atau “wahai anakku”. Sementara para sahabat memanggil anak-anak dengan “wahai anak saudaraku”.

8. Memenuhi keinginan anak

Adakalanya orang tua harus memenuhi permintaan anak. Ini juga merupakan cara efektif untuk menumbuhkan emosinya dan menambat jiwanya terhadap orang tua. “Sesungguhnya barangsiapa berusaha menyenangkan hati anak keturunannya sehingga menjadi senang, Allah akan membuatnya merasa senang sehingga di akhirat ia benar-benar akan merasa senang.” (h.r. Ibnu Asakir)

9. Bimbingan terus-menerus

Anak, sebagaimana manusia lazimnya, sering salah dan lupa. Dibanding semua makhluk lain, masa anak-anak manusia adalah yang paling panjang. Ini semua kehendak Allah, agar cukup sebagai waktu untuk mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syariat). Orang tua harus secara telaten membimbing anak pada masa kanak-kanaknya. Ibnu Mas’ud berkata, “Biasakanlah mereka (anak-anak) dengan kebaikan, karena kebaikan itulah yang akan menjadi adat (kebiasaannya).”

10. Bertahap dalam pengajaran

Contohnya pada saat mendidik anak untuk shalat. “Perintahkan anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika enggan shalat) ketika berumur sepuluh tahun.” (h.r. Abu Dawud)

11. Imbalan dan ancaman

Cara ini tidak kalah pentingnya dalam membangun jiwa. Rasulullah saw juga menggunakan cara ini dalam pendidikan. Contohnya untuk membuat anak berbakti kepada orang tua, beliau menyebutkan besarnya pahala berbakti kepada orang tua dan besarnya ancaman begi mereka yang durhaka kepada orang tua.

Catatan Penutup

Pendidikan anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab para orang tua. Oleh karena itu keterlibatan orang tua dalam mendukung sukses anak menuntut ilmu di sekolah merupakan kewajiban. Untuk menjadi pendidik yang baik, orang tua mesti menghiasi dirinya dengan keshalihan. Peran penting orang tua adalah membangun dan menyempurnakan kepribadian dan akhlak mulia pada anak. Untuk itu perlu sikap-sikap pendidik seperti sabar, lembut, dan kasih sayang.

Untuk melengkapi pendidikan anak di sekolah, orang tua mesti membangun jiwa anak sesuai pengarahan Nabi Muhammad saw.

Daftar Bacaan

[1] Untuk lebih detil, kami mencatat masalah visi pendidikan anak dalam tulisan ”Memaknai Pendidikan Anak”, blog entry dengan alamat link: http://adijm.multiply.com/journal/item/221

[2] Harian Seputar Indonesia, Minggu, 17 Februari 2008 pada artikel/wawancara tokoh Kak Seto (Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak) berjudul ”Pusing dengan Perceraian Artis”.

[3] Untuk lebih detil silakan membaca buku tulisan Ustadz Muhammad Ibnu Abdul Hafizh Suwaid berjudul ”Cara Nabi Mendidik Anak”, bab Pengantar Umum bagi Orang Tua, hal 18-22, Penerbit Al-I’tishom Cahaya Umat.

[4] Involving Parents in the Education of Their Children, tulisan Patricia Clark Brown pada http://www.kidsource.com/kidsource/content2/Involving_parents.html

[5] Peningkatan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga, tulisan M. Ridha Alta, Peneliti pada Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) dan Mahasiswa Pascasarjana IAIN Ar-Raniry

[6] Untuk lebih detil silakan membaca buku tulisan Ustadz Muhammad Ibnu Abdul Hafizh Suwaid berjudul ”Cara Nabi Mendidik Anak”, bab Cara-cara Nabi Mendidik Anak, hal 91-104, Penerbit Al-I’tishom Cahaya Umat.

[1] Disampaikan pada pertemuan FPOM-SDIT Ummul Quro, Bogor, Sabtu 23 Februari 2008.

[2] Ayah 4 orang anak; Pemerhati masalah keluarga; Ketua Bidang Litbang Yayasan Peduli Keluarga, Bogor;

Homepage http://adijm.multiply.com/ ; E-mail adijm2001@yahoo.com.

Sekolah Internasional Vs Konvensional

SECARA berseloroh, seorang pendidik mengemukakan hal yang bisa menyentak, "Kalau ingin cepat kaya, buatlah sekolah." Alasannya, semua orang menginginkan pendidikan yang baik. Dan, bila kita bisa menciptakan sekolah yang baik, lembaga ini bisa menjadi tempat yang amat strategis untuk bisnis. Dengan kata lain, sekolah bisa dibisniskan karena masyarakat membutuhkannya.

TIDAK percaya? Lihat saja, mana ada sekolah yang tidak laku. Dengan promosi sedikit saja, sekolah pasti laku. Apalagi kalau disertai dengan berbagai embel-embel, pasti laku. Ini berbeda dengan bisnis barang, yang ada kemungkinan tidak laku, kata pendidik itu.

"Tidak hanya itu. Semakin sekolah itu berbiaya mahal, ia semakin laku. Semakin sekolah dikatakan plus atau berbau internasional, semakin banyak orang tergiur untuk memasukinya. Maka, dalam masyarakat kita mulai muncul, kalau sesuatu itu bermutu, maka harus ada ISO-nya. Sekolah juga begitu. Selain ISO, kalau mungkin, sekolah juga memberi embel-embel internasional," kata pendidik itu menambahkan.

Dalam kenyataannya, begitu banyak sekolah, di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota besar lain, yang menambah kata "internasional" sebagai "nilai jual" saat melakukan promosi dan akan menjaring calon mahasiswa. Bahkan, ada sejumlah sekolah yang kabarnya melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.

"Memang, ada sekolah yang bermisi mencerdaskan anak bangsa, tetapi ada juga sekolah yang tidak menghiraukan hal itu dengan membuat program-program yang bagus agar orang tertarik. Karena itu, pada sekolah-sekolah seperti itu kini selain ada direktur atau kepala sekolah, juga ada orang yang diserahi tugas marketing atau pemasaran. Artinya apa? Dengan munculnya istilah atau gaya bisnis, suasana bisnis sudah mulai banyak dipakai dalam dunia pendidikan," ujar Drs E Baskoro Poedjinoegroho MA, Direktur Sekolah Menengah Atas (SMA) Kanisius Jakarta.

ATAS munculnya sekolah-sekolah yang kabarnya menggunakan standar internasional dan menarik uang masuk mulai dari Rp 30 juta hingga Rp 60 juta dan uang sekolah Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan, masih mengemban misi ingin mencerdaskan bangsa? Entahlah. Namun, fenomena baru yang muncul di masyarakat justru sekolah-sekolah seperti itu yang kini malah laku. Lakunya sekolah seperti itu umumnya karena menggunakan bahasa asing sebagai pengantar, jumlah siswa yang kecil untuk tiap kelas, dan fasilitas yang canggih.

Salahkah mereka membuat sekolah-sekolah "canggih"? Tentu saja tidak. Sekolah-sekolah itu diadakan juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Pandangan masyarakat atas pendidikan pun kini sudah berubah. Masyarakat mulai pragmatis. Anakku harus pandai, maka ia harus masuk sekolah yang bagus, dan nanti masuk perguruan tinggi yang bagus pula. Ketika selesai, diharapkan bisa bekerja di tempat yang bagus, menduduki posisi bagus, dan (ini yang penting) kaya. Ini berarti, sekolah menjadi tempat pelatihan keterampilan agar bisa masuk dunia kerja yang memberi jaminan hidup yang bagus.

Akibat lebih lanjut, yang dipilih di perguruan tinggi adalah jurusan favorit. Di tahun 1960-an, ada pandangan, dokter sebagai profesi yang banyak menghasilkan uang sekaligus mengangkat gengsi keluarga. Anak-anak pun didorong masuk kedokteran. "Itu sebabnya, pada tahun 1960-an, kebanyakan lulusan Kanisius menjadi dokter," kata Baskoro.

Setelah dokter, ganti insinyur naik daun, disusul manajemen perbankan agar bisa masuk bank-bank yang bermunculan. Namun, saat banyak bank sekarat, nasib mereka ikut terombang-ambing. Kini, teknologi informasi sedang ngetren.

Melihat kenyataan itu, tuntutan antara sekolah dan kebutuhan pasar mulai terwujud dalam sekolah-sekolah "canggih" tersebut. Meski demikian, tetap muncul gugatan atas sekolah-sekolah "canggih" itu. Benarkah mereka ikut mencerdaskan bangsa, mendorong kemandirian dan sosialisasi anak, melatih kerja sama anak, dan menghargai perbedaan? Mengingat untuk bisa masuk ke sekolah-sekolah "canggih" itu sudah ada semacam batasan-paling tidak uang masuk yang jutaan dan uang sekolah yang tinggi-mau tidak mau, anak hanya bertemu dengan teman-teman dari kelas ekonomi yang hampir sama.

Selain itu, pada sekolah-sekolah ini, umumnya, anak boleh memilih pelajaran yang disukai saja sehingga memudahkan guru untuk memacu anak mendapat pengetahuan dan nilai yang maksimal. Jumlah siswa yang kecil membuat komunikasi guru dengan murid pun menjadi amat intens. Dengan kata lain, tuntutan akademis tidak seketat pada sekolah-sekolah konvensional.

Sebaliknya, para pengelola sekolah-sekolah "canggih" itu juga mempunyai mengapa dibuat sekolah seperti itu. "Sekolah-sekolah ini merupakan jawaban atas ketidakpuasan masyarakat atas pendidikan kita. Tuntutan globalisasi mendorong mereka untuk membuat sekolah seperti itu. Kalau tidak, kita akan tergulung," ujar Anita Lie, pengamat pendidikan.

MELIHAT perkembangan dunia pendidikan seperti itu, tidaklah mengherankan bila sejumlah sekolah pun digunakan standar seperti pada dunia industri. Kalau sesuatu itu bermutu, ia harus ada ISO-nya. Kini, sekolah akan dikatakan bermutu dan bertaraf internasional bila menggunakan International Baccalaureate (IB). Pengelola sekolah yang mengikuti program IB mengemukakan, sekolahnya akan meluluskan siswa berstandar pendidikan internasional. Para lulusan memiliki hak untuk diterima masuk sekolah dalam satu negara atau di negara lain yang mempunyai standar dan menggunakan program IB.

"Mereka tak perlu lagi tes masuk karena standar mutu di sekolah peserta IB sama," kata Hari Harjanto, Sekretaris Eksekutif Sekolah Ciputra Surabaya. Keterangan yang sama juga disampaikan oleh Education Operation Manager Sekolah Tiara Bangsa Elisabeth.

Pada tahun 2001, Sekolah Tiara Bangsa mendapat otorisasi sebagai sekolah yang memakai IB dari IBO (International Baccalaureate Organization) yang berpusat di Genewa, Swiss, untuk taman kanak-kanak (primary years program) usia 3 tahun hingga kelas V sekolah dasar dan tingkat middle years program untuk siswa kelas V hingga SMA kelas I. Boleh dikatakan, Sekolah Tiara Bangsa merupakan sekolah pertama di Indonesia yang mendapat sertifikat dari IBO.

"Tahun ini kami baru membuka kelas II SMA sehingga belum ada program IB untuk diploma," ujar Elisabeth, seraya menambahkan, program ini dilakukan untuk membantu masyarakat yang menginginkan sekolah bertaraf internasional tanpa harus melepaskan anaknya ke luar negeri. Ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah agar tidak banyak devisa "lari" ke luar negeri.

FENOMENA orang belajar di luar negeri ini sebenarnya sudah ada lama. Bahkan diperkirakan, lebih dari 2.500 anak setiap tahun belajar ke luar negeri. Berangkat dari kenyataan ini, tahun 1990-an, orang beramai-ramai mendirikan sekolah ber-trade mark internasional. Kondisi sekolah umumnya megah, fasilitas komplet.

Meski demikian, sekolah internasional tak hanya memerlukan fasilitas lengkap dengan gedung megah, tetapi juga membutuhkan kurikulum berbobot, guru berkompeten yang mampu memotivasi anak untuk berpikir dan bertindak kreatif, dan bertabiat baik. Dalam perkembangan selanjutnya, beberapa sekolah mulai mengadopsi sistem pembelajaran dari "Barat", misalnya dari Australia.

Menurut Hari Harjanto, sekolahnya sebelumnya mengikuti sistem VCS (victory curriculum system) yang berpusat di Negara Bagian Victoria, Australia, tetapi cakupannya belum sebesar IB yang beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan sebagian besar berada di negara maju. Keputusan mengikuti IBO, kata Hari, guna menampung keinginan orangtua agar anaknya mendapat pendidikan terbaik seperti jika bersekolah di luar negeri.

Menurut website IBO, kini ada 18 sekolah di Indonesia yang bergabung dengan organisasi internasional itu. Selain Sekolah Tiara Bangsa, tercatat Cita Hati Christian High School, Sekolah Pelita Harapan, sekolah internasional di Bali, Bandung, Bogor, Medan, dan Jakarta juga sudah bergabung. Dan, jumlah sekolah di Indonesia pemakai program IB akan terus bertambah. Sekolah Ciputra Surabaya, misalnya, sudah merintis pengurusan agar dapat mengikuti program itu untuk tahun ajaran 2003-2004. (Soelastri Soekirno/ tonny d widiastono)

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0406/17/PendDN/1090014.htm

Potret Pergaulan Era Global

Labibah Zain

WEB dan log (weblog) adalah media di mana pemiliknya menuliskan catatan pengalaman pribadi, opini berupa tulisan maupun gambar yang bisa terus diperbarui dan diakses melalui internet. Pemilik weblog-disebut weblogger-bebas mencurahkan pemikiran baik berupa tulisan maupun gambar di situ, melengkapi dengan desain yang diingini dan melengkapinya dengan fasilitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pemilik dan pengunjung weblog-nya.

Pengunjung bisa memberi komentar terhadap isi weblog untuk menyatakan dukungan maupun kritik. Weblogger bisa juga memasang fasilitas shoutbox, di mana pengunjung bisa menyapa pemilik weblog tanpa harus takut ucapannya tak sesuai dengan posting di weblog-nya. Shoutbox lebih berfungsi sosial.

Weblog, yang pada awalnya merupakan tulisan-tulisan berupa What’s New dari seorang webmaster terhadap situs yang dibuatnya pada tahun 1993, kini berkembang pesat dengan berbagai variasinya. Pembuatnya bukan hanya webmaster, tetapi juga orang dari berbagai profesi. Bahkan, ibu rumah tangga pun ikut membuat weblog untuk berbagi pengalaman.

Blogger family (http://www.blogfam.com) yang berdiri sejak 6 Desember 2003 dengan anggota 850 orang merupakan salah satu wadah bagi para weblogger Indonesia. Sekitar 40 persen anggotanya ibu rumah tangga dan jumlah mereka semakin bertambah. Sebanyak 30 ibu rumah tangga berkewarganegaraan Indonesia di antaranya bersedia menjawab pertanyaan seputar fungsi dan manfaat weblog bagi kehidupan mereka yang saya paparkan berikut ini.

Catatan keluarga

Weblog berfungsi sebagai tempat menyimpan tulisan dan foto peristiwa keluarga, seperti proses kehamilan dan catatan perkembangan anak. Tulisan atau foto ini diharapkan bisa dilihat sanak keluarga yang secara geografis jauh dari tempat mereka berada.

Intan, ibu satu anak yang doktor matematika, mengatakan, "Saya ingin cerita keseharian anak, perkembangannya, dan segala hal tentang dia, supaya kalau besar dia bisa membayangkan seperti apa hidup dia waktu kecil di negara lain." Sedangkan Nining, ibu satu anak yang tinggal di Montreal, Kanada, mengatakan, "Blog berfungsi sebagai arsip keluarga."

Weblog sebagai catatan keluarga juga dirasakan Opie yang tinggal berjauhan dari suaminya. Baginya, weblog merupakan catatan keluarga tentang kehidupan sehari-harinya sehingga suaminya bisa tetap mengetahui apa saja yang dikerjakan walaupun berjauhan.

Weblog juga bisa berfungsi sebagai tempat menyegarkan pikiran dan menghilangkan stres dengan berbagai penyebab. Dengan menuangkan unek-unek dalam bentuk tulisan, stres bisa berkurang. Begitu juga dengan melihat-lihat weblog orang lain dan menyapa penghuninya, beban hidup terasa berkurang.

Kanada

Jessi yang tinggal di Kanada mengatakan, dengan ngeblog (istilah untuk segala aktivitas yang berkaitan dengan blog), dia bisa mengurangi stresnya. Sylvie yang juga pustakawan mengatakan, weblog bisa membantu menghilangkan kebosanan di dunia kerja, "Jadi, kalo bosan kerja dan gak produktif, ngintip blog orang dan blogfam! Setelah itu jadi produktif lagi!!" Renha, ibu muda di Jakarta, juga mengatakan weblog bisa menghilangkan stres karena dia bisa "ngomel-ngomel" mengeluarkan unek-uneknya di weblog-nya.

Weblog juga merupakan alternatif sosialisasi pada zaman global ini. "Saya tak perlu terjebak macet untuk berkomunikasi dengan teman-teman," kata Rieke, arsitek dan ibu dua anak laki-laki yang tinggal di Jakarta. Ibu-ibu yang mengisi angket semuanya setuju melalui weblog mereka bisa mendapat banyak teman tanpa dibatasi ruang dan waktu, saling menghibur jika ada di antara mereka yang kesusahan, dan saling berbagi kebahagiaan. Inilah yang disebut Inayati, ibu tiga anak di Jerman, sebagai silaturahmi virtual.

Fungsi informatif

Rata-rata ibu-ibu saling berbagi info lewat weblog mereka. Informasi itu bisa berupa resep makanan, obat-obatan, mengasuh anak, perjalanan, politik, kesusasteraan, buku, film, ekonomi, bahkan teknologi informasi. Banyak di antara mereka yang tadinya buta terhadap kode HTML dan desain weblog menjadi canggih dengan bertukar informasi sesama weblogger. Alice di Orlando mengatakan, dia jadi melek HTML gara-gara ngeblog.

Dayu dan Yana juga merasa bisa mengatasi virus komputer hanya dari informasi yang didapatkan di-weblog. Rata-rata weblogger saling membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan teman-teman sesama weblog-nya. Ros, dokter mata di Surabaya, mengatakan dia sangat senang bila bisa memberi informasi tentang kesehatan mata bagi pengunjung weblog-nya. Itha dan Hani menjadikan weblog-nya sebagai sarana berbagi informasi dan menjalin dunia selam dan laut. Sedangkan Inayati mengatakan, dia bisa mengetahui informasi terbaru maupun lama, khususnya pada blog yang sifatnya informatif.

Dengan beragam informasi yang didapatnya dari weblog ini, para ibu merasa well-informed dan dengan pengetahuan itu mereka merasa lebih bisa menghadapi kehidupan dengan lebih percaya diri.

Weblog juga menjadi sarana mengekspresikan diri baik dalam bentuk tulisan maupun gambar berupa desain layout itu sendiri. Rieke mengatakan, "Weblog adalah untuk menyalurkan hobi dalam otak-atik foto dan desain web." Hirta di Jerman mengatakan, weblog membuat mereka menjadi lebih kreatif karena bisa mengubah tata letak desain tanpa tergantung orang lain. Yanti, sarjana mesin di Bandung, mengatakan, dengan weblog, dia menyalurkan energi positif berupa pembuatan desain website, terutama ketika jenuh dengan pekerjaan kantor.

Untuk Ika yang mengikuti suami sering berpindah tugas memanfaatkan weblog untuk menyalurkan hobi masak dan membagi resep dengan teman weblkoogger, sementara Elsa di Belanda dan Liza di Bali memakai weblog sebagai penyaluran hobi menulis. Mereka sering menempel cerpen di weblog. Mereka kemudian menemukan komunitas untuk membuat cerita bersama yang rencananya akan diterbitkan dalam sebuah buku.

Pemberdayaan

Dengan kemampuan menulis ini dan dipublikasikan lewat weblog masing-masing, diharapkan suara perempuan dapat lebih terdengar atau sama kerasnya dengan suara laki-laki yang selama ini lebih mendominasi pendapat dalam pengambilan keputusan.

Weblog sudah menjadi bagian hidup bagi perempuan di zaman global. Dengan weblog, ibu-ibu dapat mencari alternatif menambah ilmu pengetahuan, bermasyarakat dan berekreasi tanpa harus melalui kontak fisik secara konvensional. Pola pergaulan perempuan di era global ini tidak berubah, hanya saja mengalami transformasi budaya dengan adanya weblog yang terhubung lewat koneksi internet.

Dengan melihat keefektifan media weblog ini mungkin sudah saatnya para aktivis jender di Indonesia memanfaatkannya sebagai media alternatif pemberdayaan perempuan di Indonesia.

Labibah Zain Pendiri komunitas weblogger Indonesia blogfam (http://www.blogfam.com); Pemilik weblog http://www. serambirumahkita.blogspot.com; Pengajar Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kamis, April 10, 2008

Penggunaan IT Dalam Dunia Pendidikan

Arti IT bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal Pemanfaatan IT ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal penggunaan IT ini telah bukanlah suatu wacana yang asing di negeri Paman Sam Sana. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia. Berikut ini ialah sampel-sampel dari luar negeri hasil revolusi dari sistem pendidikan yang berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi untuk menunjang proses pembelajaran mereka: 1. SD River Oaks di Oaksville, Ontario, Kanada, merupakan contoh tentang apa yang bakal terjadi di sekolah. SD ini dibangun dengan visi khusus: sekolah harus bisa membuat murid memasuki era informasi instan dengan penuh keyakinan. Setiap murid di setiap kelas berkesempatan untuk berhubungan dengan seluruh jaringan komputer sekolah. CD-ROM adalah fakta tentang kehidupan. Sekolah ini bahkan tidak memiiki ensiklopedia dalam bentuk cetakan. Di seluruh perpustakaan, referensinya disimpan di dalam disket video interktif dan CD-ROM-bisa langsung diakses oleh siapa saja, dan dalam berbagai bentuk: sehingga gambar dan fakta bisa dikombinasikan sebelum dicetak;foto bisa digabungkan dengan informasi. 2. SMU Lester B. Pearson di Kanada merupakan model lain dari era komputer ini. Sekolah ini memiliki 300 komputer untuk 1200 murid. Dan sekolah ini memiliki angka putus sekolah yang terendah di Kanada: 4% dibandingkan rata-rata nasional sebesar 30% 3. Prestasi lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP Christopher Columbus di Union City, New Jersey. Di akhir 1980-an, nilai ujian sekolah ini begitu rendah, dan jumlah murid absen dan putus sekolah begitu tinggi hingga negara bagian memutuskan untuk mengambil alih. Lebih dari 99% murid berasal dari keluarga yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Bell Atlantic- Sebuah perusahaan telepon di daerah itu membantu menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah. Semuanya dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer pribadi. Sebagai gantinya, para guru mengadakan kursus pelatihan akhir minggu bagi orangtua. Dalam tempo dua tahun, baik angka putus sekolah maupun murid absen menurun ke titik nol. Nilai ujian-standar murid meningkat hampir 3 kali lebih tinggi dari rata-rata sekolah seantero New Jersey. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan medasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan Teknologi Informasi yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik. Namun usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan IT. Semisalnya, baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai dengan proyek-proyek percontohan.Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaraan konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh. Banyak aspek dapat diajukan untuk dijadikan sebagai alasan-alasan untuk mendukung pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya pulau yang terpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali tidak bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan. IT sangat mampu dan dijagokan agar menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara, sebab IT yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian daerah-daerah yang sulit tentunya diharapkan penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin di Indonesia.

Adab Seorang Pelajar (Murid) terhadap Gurunya

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin

Jum'at, 04 Januari 2008
Dasar keilmuan itu tidak dapat diperoleh dengan belajar sendiri dari kitab, namun harus bimbingan seorang guru ahli yang akan membuka pintu-pintu ilmu baginya, agar engkau selamat dari kesalahan dan ketergelinciran. Karena itu, hendaknya engkau menjaga kehormatannya, yang mana itu adalah tanda keberhasilan, kesuksesan, serta engkau akan bisa mendapatkan ilmu dan taufiq. Jadikanlah gurumu orang yang engkau hormati, hargai, agungkan, dan berlakulah yang lembut. Berlakulah penuh sopan santun kepadanya saat duduk bersama, berbicara kepadanya, saat bertanya dan mendengar pelajaran, bersikap baik saat membuka lembaran kitab di hadapannya. Jangan banyak bicara dan berdebat dengannya. Jangan mendahuluinya, baik dalam bicara maupun saat jalan. Jangan banyak berbicara kepadanya dan jangan memotong pembicaraannya, baik di tengah-tengah pelajaran maupun lainnya. Jangan ngotot bisa mendapatkan jawaban darinya. Jauhilah banyak bertanya terutama sekali kalau di tengah khalayak ramai, karena itu akan membuatmu berbangga diri, namun bagi gurumu akan membuat bosan.
Janganlah engkau memanggilnya hanya dengan namanya saja, atau hanya dengan gelarnya saja. Jangan sebut namanya karena itu lebih sopan. Jangan memanggil dengan mengatakan: "Kamu," juga jangan memanggilnya dari jarak jauh, kecuali kalau terpaksa. Sebagaimana tidak layak bagimu memanggil bapak kandungmu: "Wahai fulan," atau "wahai bapakku fulan," maka hal itu juga tidak pantas bagi gurumu. Selalulah bersikap hormat terhadap majelis ilmu, dan nampakkanlah kegembiraan dan bisa mengambil faidah saat belajar.
Perhatikanlah apa yang disebutkan oleh Allah Ta'ala tentang sikap yang sopan terhadap Rasulullah, orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. "Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain) ...." (An-Nuur: 63).
Ada dua pendapat tentang tafsir ayat ini. Pertama, janganlah kalian memanggil Rasulullah dengan menyebut namanya, sebagaimana kalian saling memanggil antara sesama kalian. Penafsiran ini yang dimaksud penulis dalam kajian ini. Kedua, janganlah kalian menjadikan seruan Rasulullah saw. kepada kalian seperti seruan kalian kepada sesama, tetapi kalian harus menjawabnya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Jika engkau mengetahui kesalahan atau kebimbangan gurumu, janganlah jadikan itu alasan untuk meremehkannya, karena itulah yang akan menjadi sebab engkau tidak akan memperoleh ilmu, dan siapakah orangnya yang tidak pernah salah?
Hati-hati, jangan sampai membuat gusar guru Anda, hindari perang urat saraf dengannya, dalam artian jangan menguji kemampuan ilmiah maupun ketabahan guru Anda. Dan, kalau engkau ingin pindah belajar kepada guru lain, maka mintalah izin kepadanya, karena sikap ini lebih menunjukkan bahwa engkau menghormatinya, serta lebih bisa membuatnya mencintai dan menyayangimu.
Dan, masih banyak adab sipan santun lainnya yang bisa diketahui secara fithrah oleh orang yang diberi taufik oleh Allah Ta'ala untuk bisa menjaga kehormatan gurumu yang merupakan "ayahmu dalam beragama" atau apa yang disebut oleh sebagian undang-undang denan nama "persusuan etika". Dan penamaan oleh sebagian ulama dengan "ayah dalam agama" lebih layak. Sedang meninggalkan penamaan itu lebih baik. Dan ketahuilah bahwa dengan kadar engkau menjaga kehormatan gurumu, maka engkau akan mendapatkan kesuksesan dan keberhasilan, sebaliknya kalau engkau meremehkannya, maka itu tanda kegagalan.
Peringatan penting: Saya memohon kepada Allah, semoga melindungimu dari perbuatan orang 'ajam (non-Arab), juga dari ahli thariqat serta ahli bid'ah yang ada pada zaman ini. Di antaranya sikap tunduk yang keluar dari adab-adab yang syar'i, misalnya menjilati tangan guru, mencium pundaknya, memeang tangan kanan guru dengan kedua tangannya saat bersalaman seperti keadaan orang tua yang menyayangi anaknya, begitu juga menundukkan badan saat bersalaman, serta menggunakan kalimat yang menghinakan diri, seperti panggilan: "Wahai tuanku, majikanku," atau lafaz lainnya yang digunakan oleh para pembantu atau budak. Lihatlah yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad Basyir al-Ibrahimi al-Jazairi (wafat tahun 1380 H) dalam kitab Al-Basha-ir karena pembahasannya sangat bagus.
Modal Utama Seorang Pelajar adalah dari Gurunya
Guru adalah teladan dalam akhlaknya yang baik dan perangainya yang mulia. Adapun mengenai masalah belajar darinya, maka itu hanyalah sebuah laba belaka. Hanya saja, janganlah kecintaanmu kepada gurumu menjatuhkanmu pada perbuatan tercela tanpa engkau sadari, padahal semua orang yang melihatmu mengetahuinya, jangan ikuti gaya suara dan nadanya, juga jangan ikuti gaya jalan dan gerakannya, karena syaikhmu menjadi seseorang yang mulia dengan ilmunya, oleh karena itu jangan ikuti dia dalam hal seperti ini.
Ini sangat penting, kalau memang gurumu itu berakhlak mulia dan berperangai yang bagus, saat itu jadikan dia sebagai penutan. Namun, kadang-kadang seorang guru bukan begitu atau mungkin ada sedikit kekurangan dalam akhlaknya, maka jangan ikuti dia. Jangan beralasan kalau engkau punya seorang guru yang berakhlak jelek lalu engkau mengikutinya, hanya dengan alasan bahwa dia itu gurumu.
Aktivitas Guru dalam Menyampaikan Pelajarannya
Aktivitas seorang guru (dalam menyampaikan pelajaran) haruslah sebatas kemampuan pelajar dalam mendengarkan, konsentrasi, dan bisa mengikuti pelajaran darinya. Oleh karena itu, berhati-hatilah jangan sampai menjadi penyebab terputusnya ilmunya karena rasa malas, patah semangat, menyerah dan pikiran yang melayang ke mana-mana.
Imam Al-Khatib al-Baghdadi berkata, "Hak semua ilmu itu hendaknya tidak diberikan kecuali kepada yang mencarinya, jangan diberikan kecuali kepada yang menginginkannya. Kalau seorang guru sudah melihat adanya patah semangat pada murid-muridnya, maka hendaklah dia diam, karena sebagian ulama mengatakan, 'Aktivitas orang yang bicara itu harus sebatas kepahaman mendengar'." Kemudian beliau meriwayatkan dari Zaid bin Wahab berkata, berkata 'Abdullah: "Bicaralah kepada orang yang masih memperhatikanmu dengan pandangan mata mereka, tetapi kalau engkau sudah melihat tanda kebosanan, maka berhentilah." (Lihat Al-Jami' [I/330]).
Mencatat Penjelasan Guru saat Belajar
Hal ini berbeda antara satu guru dengan guru lainnya, maka pahamilah masalah ini. Dan ini ada adab-adab dan syaratnya. Adapun adabnya adalah engkau harus memberitahukan kepada gurumu bahwa engkau akan menulis atau engkau telah menulis sesuatu yang engkau dengar sendiri. Adapun syaratnya adalah engkau harus memberitahukan bahwa apa yang engkau tulis itu adalah apa yang kamu dengar pada saat beliau menerangkan pelajaran.
Pada zaman ini seorang murid boleh jadi tidak butuh untuk mencatat keterangan guru saat pelajaran, karena sekarang sudah ada kaset rekaman, yang akan merekam segala yang dikatakan guru dari awal sampai akhir, yang dengan itu engkau tinggal mencatat dari rekaman hal yang engkau anggap penting untuk dicatat. Dan engkau harus memberitahukan gurumu bahwa engkau akan mencatat, juga kalau engkau ingin merekam maka beri tahukan dulu, karena barangkali sang guru tersebut tidak ingin mencatat ucapannya sedikit pun.
Hindari Belajar kepada Ahli Bid'ah
Hindari belajar dari ahli bid'ah yang dungu, yang aqidahnya menyeleweng, tertutupi oleh mendung khurafat, memperturutkan hawa nafsu, namun dia menamakannya mengikuti logika akal dengan berpaling dari nash. Padahal, bukankah akal itu ada pada (mengikuti) nash? Ahli bid'ah ini berpegang pada hadits yang dha'if, menjauhi hadits yang shahih. Mereka juga dinamakan ahli syubhat dan ahlul ahwa' (orang yang mengikuti hawa nafsu), oleh karena itu Abdullah bin Mubarak menamakan ahli bid'ah dengan orang-orang rendahan.
Berkata Imam Adz-Dzahabi: "Apabila engkau mengetahui seorang ahli kalam yang mubtadi' (ahli bid'ah) berkata: 'Tinggalkanlah Al-Qur'an dan As-Sunnah dan pakailah akal,' maka ketahuilah bahwa dia itu Abu Jahal (biangnya kebodohan). Apabila ada ahli thariqat yang berkata: 'Tinggalkan dalil naqli dan akal sekaligus dan pakailah perasaan dan naluri, maka ketahuilah bahwa dia itu iblis yang menyamar sebagai manusia atau merasuk ke tubuh manusia, kalau engkau takut maka larilah, namun kalau engkau berani, lawan dia, tindihlah dadanya, lalu bacakan ayat kursi dan cekiklah." (Siyar A'lamin Nubala' [IV/472]).
Ahli bid'ah itu berpegang pada hadits yang dha'if dan menjauhi hadits yang shahih. Kebanyakan mereka adalah kalangan tukang cerita atau ahli menasihati, yang banyak mencekoki otak kaum muslimin dengan hadits-hadits dha'if dengan harapan bisa membangkitkan semangat manusia dalam beribadah, baik dengan kabar gembira maupun dengan peringatan. Ambil sebuah contoh, saat membahas firman Allah: "Katakanlah: 'Dialah Allah Yang Mahaesa." (Al-Ikhlas: 1). Dia berkata: "Rasulullah saw. bersabda: 'Sesungguhnya Allah menciptakan dari setiap huruf surat qulhuwallaah 1000 burung, setiap burung mempunyai 1000 lisan, semuanya berdoa dan bertasbih kepada orang yang membaca surat tersebut'." Siapakah kira-kira yang mengatakan ucapan ini? Dan, masih banyak perkara-perkara yang aneh dan ganjil yang disebutkan pada bab keutamaan amal perbuatan tertentu.
Adapun mengenai ucapan Imam Adz-Dzahabi bahwa agama orang-orang shufi semuanya berasal dari perasaan dan naluri, yang nampak bahwa beliau melihat langsung kemungkaran mereka, sehingga beliau bersikap keras dalam menjelek-jelekkan sifat mereka. Apabila engkau pergi ke sebagian negeri muslim, akan engkau temukan keanehan pada diri mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama dulu dan sekarang, yaitu mereka shalat seperti orang gila, memukul-mukul gendang dan memukulkan tongkat ke tanah, lalu mereka mengambil cambuk, lalu bertahlil dan membaca dzikir ala mereka, kemudian berguling-guling di tanah, barang siapa yang paling banyak terkena debu, maka dialah yang paling kuat dan paling bagus, dan itu merupakan bukti bahwa dia adalah seorang murid yang paling baik.
Imam Adz-Dzahabi berkata: "Saya membaca tulisan Syaikh Muwaffaquddin Ibnu Qudamah, beliau berkata: 'Saya dan saudaraku, Abu 'Umar, mengikuti kajian yang diajarkan oleh Ibnu Abi Ashrun, namun akhirnya kami tidak mengikuti pelajarannya lagi. Lalu saya mendengar saudaraku berkata: 'Setelah itu saya menemuinya, dan dia berkata: 'Kenapa kalian tidak lagi mengikuti pelajaranku?' Saya jawab: 'Sesungguhnya kami dengar orang-orang berkata bahwa engkau adalah seorang Asy'ari,' maka dia berkata: 'Demi Allah, saya bukan orang Asy'ari.' begitulah ceritanya."
Dari Imam Malik, ia berkata: "Ilmu tidak boleh dipelajari dari empat orang, yaitu orang bodoh yang menampakkan kebodohannya meskipun banyak meriwayatkan hadits, yang kedua ahli bid'ah yang mengajak kepada hawa nafsunya, ketiga orang yang berdusta saat berbicara dengan orang lain meskipun dia tidak berdusta dalam meriwayatkan hadits, keempat orang shaleh ahli ibadah namun tidak memahami apa yang dia katakan." (Siyar A'lamin Nubala' [VIII/67], Al-'Uqaili dalam Adh-Dhu'afa [I/13], dan Ar-Rumahurmuzi dalam Al-Muhaddits al-Fashil [II/430]).
Wahai para pelajar, kalau engkau dalam kelapangan dan bisa memilih, janganlah belajar kepada ahli bid'ah dari kalangan Syi'ah, Khawarij, Murji-ah, Qadariyyah, Quburiyyin (para pengagung kuburan), dan ahli bid'ah lainnya. Karena, kamu tidak akan pernah mencapai derajat para ulama yang mereka bersih aqidahnya, kuat hubungan dengan Allah, shahih pandangannya, dan mengikuti Sunnah, kecuali dengan menjauhi ahli bid'ah dan kebid'ahan mereka.
Kisah-kisah dari para ulama salaf sangat banyak yang berhubungan dengan menghindar dan menjauhi ahli bid'ah. Hal ini bertujuan sebagai peringatan dari kejahatan mereka serta menghalangi tersebarnya bid'ah itu, juga melemahkan semangat mereka sehingga akan patah semangat dalam menyebarkan perbuatan bid'ahnya. Karena, kalau Ahlus Sunnah berkawan dengan mereka, maka ini mengindikasikan sebuah tazkiyah (rekomendasi) pada mereka dalam pandangan orang-orang yang masih pemula dalam belajar atau bagi orang-orang awam.
Wahai para pelajar, ikutilah jejak para ulama salaf. Hati-hatilah, jangan sampai para ahli bid'ah mencelakakanmu. Karena, sesungguhnya mereka banyak membuat jalan-jalan untuk menjegalmu. Mereka bungkus semua itu dengan ucapan yang manis seperti madu, padahal sebenarnya ia adalah madu yang pahit dan kucuran air mata, indah kilit luarnya, tipuan dengan khayalan belaka, mempertontonkan karamah, menjilati tangan serta mencium pundak. Tidaklah semua itu kecuali bara perbuatan bid'ah dan panasnya api fitnah yang ditanamkan dalam hatimu yang akan bisa menjeratmu dalam lingkaran syaitannya. Demi Allah, tidaklah orang yang buta bisa menuntun dan menunjukkan untuk memimpin orang-orang buta sepertinya.
Adapun kalau belajar kepada ulama Ahlis Sunnah, maka benar-benar isaplah madu dari mereka, jangan tanyakan lagi, semoga Allah memberimu taufiq kepada jalan kebenaran, agar engkau mampu meraup warisan para nabi secara murni. Kalau tidak demikian, maka tangisilah agama ini bagi yang masih bisa menangis. Semua yang saya sebutkan ini adalah pada saat bisa memilih antara belajar dengan Ahlus Sunnah atau ahli bid'ah, adapun kalau engkau belajar pada sekolah formal yang tidak ada pilihan lagi bagimu, maka berhati-hatilah serta berlindunglah kepada Allah dari kejelekannya. Jangan karena ini, engkau mundur dari belajar, saya takut ini termasuk mundur dari tengah kancah medan pertempuran. Saat itu tidak ada kewajiban bagimu kecuali engkau benar-benar selektif menerima ilmunya, lalu engkau jauhi kejelekannya serta membongkar kedoknya.
Ketahuilah bahwasannya ahli bid'ah akan bertambah banyak dan memperoleh kemenangan karena sedikitnya ilmu dan merajalelanya kajahilan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menanggapi tentang mereka dengan mengatakan: "Sesungguhnya golongan ini akan menjadi banyak apabila kebodohan telah merajalela, demikian juga banyaknya orang-orang yang bodoh, di sisi lain tidak didapati ahli ilmu yang paham tentang sunnah Nabi dan berusaha mengikutinya yang menampakkan cahayanya, bisa melenyapkan gelapnya kesesatan, dan membuka tabir yang penuh dengan kebohongan, syirik, dan tipu daya." (Lihat Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah [I/6]).
Maka dari itu, jika engkau sudah banyak menguasai ilmu, hendaklah engkau hancurkanlah bid'ah beserta ahlinya dengan argumen dan penjelasan dari Anda.
Sumber: Diringkas dari Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu, terj. Ahmad Sabiq, Lc (Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2005); judul asli: Syarah Hilyah Thaalibil 'Ilmi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin (Maktabah Nurul Huda, 2003).

Oleh: Abu Annisa

Pilihan Metode Mengajar yang Efektif


A. Hubungan Tujuan Pembelajaran dengan Metode Mengajar

Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar merupakan cara/teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Ada beberapa prisip yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar, yang berkaitan dengan fakta perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:[1]
1. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pembelajaran (curiosity).
2. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi.
3. Metode mngajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis).
5. Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
6. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar mandiri (independent study).
7. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama.
8. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.

Prinsip-prinsip tersebut dalam prosesnya merupakan karakteristik dari masing-masing metode mengajar. Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:[2]
Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap pembelajaran harus bertujuan, sehingga dalam proses pembelajarannya akan memerlukan suatu cara dan teknik yang efektif yang memungkinkan dapat mencapai tujuan tersebut.
Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar pada dasarnya adalah proses atau prosedur penggunaan metode-metode dengan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran. Karakteristik metode mengajar dapat dijadikan pertimbangan untuk penilaian, misalnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab akan berbeda penilaiannya dengan metode demonstrasi atau latihan/praktek.
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok.

Memperhatikan beberapa prinsip dan fungsi metode mengajar di atas, metode mengajar sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus secara analisis dan fleksibel dalam menentukan metode apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
[1] Toto Ruhimat dkk, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 14 (November 2004), Jakarta: Universitas Terbuka, hal 4.4.
[2] Asep Herry Hermawan dkk, Strategi belajar mengajar, Cet. 14 (November 2004), Jakarta: Universitas Terbuka.



by : Munadhirin

Sabtu, April 05, 2008

ADA APA DENGAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN KITA ?

Oleh : Rizki Riyadu Topeq
(Pengkaderan PP IPNU)

Wacana pendidikan merupakan suatu wacana populis (merakyat) yang tidak mungkin ada habisnya di negeri ini. Berbagai asumsi dan opini yang menjadi wacana mengenai pendidikan, banyak muncul terkait dengan nasib pendidikan kita yang selama ini masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Permasalahan-permasalahan seperti terlalu minimnya fasilitas pendidikan, mahalnya biaya pendidikan dan rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini, merupakan pekerjaan rumah yang serius bagi pemerintah kita. Selama ini berbagai kebijakan dan terobosan telah dilakukan pemerintah untuk mendongkrak kemajuan pendidikan di negeri ini, namun hal tersebut hingga kini belum mampu memperlihatkan hasil yang sempurna, masih banyak permasalahan-permasalahan pendidikan yang harus dibenahi atau bahkan dirombak total. Dari sebab itu dalam tulisan ini redaksi berusaha sedikit mengurai mengenai beberapa hal terkait dengan kondisi pendidikan di Indonesia.
Problem Pemerintah Dalam Penerapan Kebijakan Pendidikan
Selama kurun tahun 2006 pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait dengan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah kebijakan BOS (bantuan Operasional Sekolah) dan penerapan standar kelulusan UN sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut mampu menjadi solusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia? Karena pada tataran realitas, selama ini nasib pendidikan di Indonesia kalau tidak dikatakan mundur berarti masih tetap berjalan di tempat.
Ada dua hal mungkin yang bisa menjadi sorotan terkait kurang optimalnya pemerintah dalam membenahi sistem pendidikan nasional di Indonesia. Yang pertama, adalah harus adanya penerapan kebijakan yang berbasiskan pada realitas pendidikan. Penerapan kebijakan yang berbasiskan realitas merupakan suatu hal yang wajib menjadi landasan dalam setiap kebijakan pendidikan. Karena realitas mampu menampilkan kondisi pendidikan yang sesungguhnya.
Basis realitas pendidikan yang dimaksud adalah basis realitas pendidikan yang diambil secara komprehensif (menyeluruh) dan objektif yang terdapat pada seluruh daerah di Indonesia. Faktor komprehensifitas dan objektifitas ini menjadi prinsip utama dalam penerapan kebijakan yang berbasiskan realitas, karena dari kedua prinsip ini gambaran realitas pendidikan di Indonesia tidak akan menjadi abu-abu dan sempit. Dari sinilah kemudian kebijakan-kebijakan baru bisa diterapkan.
Kemudian yang kedua, adalah peran pemerintah dalam melakukan pengawasan dan kontrolling terkait dengan penerapan kebijakan-kebijakan pendidikannya. Peran pemerintah dalam melakukan pengawasan kebijakannya tersebut menempati posisi yang sangat urgen pada tataran keberhasilan penerapan kebijakannya tersebut. Selama ini, hal yang paling rapuh dan lemah dalam usaha memajukan pendidikan di Indonesia adalah tidak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah pusat terkait dengan kebijakan-kebijakannya. Hal tersebut kemudian bisa melahirkan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan para oknum di daerah-daerah yang merasa leluasa tanpa adanya pengawasan dari pusat.
Suatu contoh adalah dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang selama setahun terakhir ini menjadi sorotan berbagai kalangan pemerhati pendidikan di Indonesia. Pidato Presiden SBY pada Rapat Paripurna DPR Agustus 2006 yang menyatakan bahwa pemerintah telah mendistribusiskan BOS ke 29,4 Juta murid SD dan 10,5 Juta murid SMP, pada perspektif pemerintah pusat hal itu mungkin merupakan suatu terobosan yang spektakuler dan menjadi parameter bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun, bagi sebagian kalangan pemerhati pendidikan hal tersebut hanya merupakan setitik kemajuan yang hanya dapat dilihat dari segi jumlah atau kuantitas umum saja. Karen pada tataran praksis di lapangannya distribusi dana BOS yang disampaikan Presiden SBY tersebut belum mampu secara utuh meringankan beban biaya pendidikan masyarakat. Karena lagi-lagi hal yang substansialnya meringankan beban biaya pendidikan tersebut, justru oleh beberapa kelompok oknum di daerah-daerah dimanfaatkan sebagai lahan baru bagi praktek-praktek korupsi dan rekayasa untuk melahirkan biaya-biaya baru yang diperuntukkan kepada murid di luar biaya BOS.
Jadi, pada satu sisi ada upaya pemerintah meringankan beban biaya pendidikan masyarakat dan pada sisi lainnya ada upaya beberapa oknum untuk menciptakan tarikan beban biaya baru di luar BOS yang harus ditanggung oleh masyarakat. Ketumpangtindihan dan rekayasa model baru inilah yang terjadi pada masyarakat kita. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pengawasan pemerintah pusat dalam mengawal kebijakan-kebijakannya, yang akhirnya mengakibatkan masyarakat menjadi korban beban biaya pendidikan terus-menerus.
UAN dan UN
Sebagai sebuah upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sejak tahun ajaran 2002/2003 pemerintah menggalakkan kebijakan UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai standarisasi nilai kelulusan secara nasional. Kebijakan ini sejak digulirkan hingga kini menjadi polemik tersendiri bagi kalangan pemerhati pendidikan di Indonesia, bahkan bagi pihak kementrian pendidikan nasional sendiri pun harus disibukkan dengan kebijakannya ini.
Pokok permasalahan dalam kebijakan UAN adalah pada tahap standarisasi nilai kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah. Semenjak pertama UAN digulirkan standard nilai yang diterapkan oleh pemerintah adalah 3,01. Kemudian, pasca UAN diganti dengan UN (Ujian Nasional) standar nilai kelulusan semakin meningkat dengan nilai 4.01 (2004/2005), kemudian meningkat lagi pada tahun berikutnya menjadi 4,26 (2005/2006).
Standar nilai kelulusan ini ditetapkan dan disesuaikan dengan target yang diidealkan pemerintah. Pemerintah mengharap bahwa dengan penerapan sistem standar nilai kelulusan ini, pemerintah dapat mengangkat mutu pendidikan di Indonesia. Hal tersebut kemudian menjadi sangat kontradiktif dengan apa yang ada pada pandangan pemerhati pendidikan di Indonesia atau bahkan dalam kacamata masyarakat itu sendiri. Bagi para pemerhati pendidikan, UN merupakan kesalahan interpretasi pemerintah dalam memahami evaluasi dari standard pendidikan nasional.
Seperti apa yang disampaikan oleh Deni Hadiana (Perekayasa Pendidikan Litbang Diknas), bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan UN. Pertama, kesalahpahaman interpretasi terhadap UU Nomor 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas). Dan yang kedua, adalah UN belum mampu mencerminkan keadilan bagi peserta didik, hal tersebut bisa dilihat dari masih tingginya disparitas mutu pendidikan antar satu sekolah dengan sekolah lainnya, yang kemudian bisa melahirkan persaingan yang tidak sehat antar sekolah atau bahkan pihak sekolah akan melakukan kecurangan-kecurangan demi mencapai target standar kelulusan UN.
Di samping itu, pada wilayah masyarakat dan pelaku pendidikan, standar UN seakan-akan menjadi “momok” yang menakutkan. Banyak orang tua siswa dan pelaku pendidikan yang menjadi gelisah setiap menjelang UN. Bahkan beberapa siswa harus mengalami shocktrauma dalam menghadapi UN.
Dari uraian tersebut, mungkin terdapat beberapa hal yang memang harus disikapi baik oleh pemerintah, pengamat pendidikan, sekolah dan para orang tua murid, terkait dengan UN. Yang pertama, perlunya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Kedua, perlu diterapkannya tahapan dalam menerapkan standar UN yang berbasis sekolah dan psikologi siswa. Dan yang terakhir adalah adanya pengawasan yang kontinyu baik oleh pemerintah maupun masyarakat terhadap realisasi dari UN tersebut.
Penutup
Dari berbagai uraian di atas tersebut ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan refleksi bagi kita dalam melihat perkembangan nasib pendidikan di Indonesia. Setidak-tidaknya ada benang merah yang bisa kita usut dalam menyikapi nasib pendidikan di Indonesia. Dan bisa menjadi landasan dalam menyikapi pendidikan secara arif, agar seluruh kalangan bisa menyadari akan arti vital dari pendidikan. Bukankah pepatah lama selalu mengatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya bagi kehidupan. Jadi pendidikan adalah pilar dasar bagi kemajuan Indonesia pada masa yang akan datang.

Geng Motor dan Kegagalan pendidikan


Oleh: IDY MUZAYYAD, M.SI

Belakangan ini mncul fenomena geng motor di kalangan anak muda, khususnya remaja kita.Meskipun sama sekali bukan hal baru,namun geng motor mencuat ke publik berkenaan dengan isu dan praktek kekerasan yang lekat dengannya. Sebenarnya bila remaja berkumpul dan berkelompok, itu merupakan hal yang lumrah. Masalahnya adalah ketika berkumpulnya mereka itu mengarah pada hal yang destruktif. Sebagaimana lazimnya manusia,kalangan remaja juga membutuhkan komunitas untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka akan merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan sesama, dalam artian usia yang sama lebihlebih dengan kecenderungan dan hobi yang sama pula.Interes yang sepadan akan menguatkan jalinan serta ikatan emosional antar sesame anggota yang berada dalam satu grup.

Geng motor dan geng-geng remaja lain pada awalnya merupakan jawaban nyata dari kebutuhan kaum remaja atas wadah komunikasi antar sesama tadi. Remaja-remaja yang punya back ground sama: memiliki sepeda motor dan suka ber-‘motor ria’.Pada perkembangannya, setelah mereka berkumpul dalam sebuah geng,mereka akan mengisi perkumpulan itu dengan aktivitas.Di sinilah masalah mulai muncul.Pemilihan terhadap aktivitas apa yang akan dijadikan materi kelompok akan menentukan bagaimana warna geng itu ke depan. Tidak semua geng motor mempunyai tujuan baik,atau bahkan jangan-jangan ada geng motor yang memang mempunyai tujuan tidak baik semenjak awalnya.

Lebih parah lagi,bila tujuan yang kurang atau tidak baik itu memang telah ditetapkan dan disepakati bersama anggota geng untuk dilaksanakan. Patut diduga,remaja-remaja memilih geng motor sebagai saluran organisasinya karena organisasi-organisasi remaja yang sudah establish barangkali tidak mampu untuk mewadahi mereka.Atau lebih dari itu,organisasi bersegmen remaja tidak bisa menjangkau dan melayani kebutuhan mereka.Remaja adalah masa di mana mereka membutuhkan wadah untuk berapresiasi dan berekspresi.Sepanjang organisasi remaja tidak mampu memenuhi itu,maka ia akan ditinggalkan. Menurut psikologi perkembangan, kebanyakan anak remaja belum punya pikiran jauh dan panjang.

Mereka lebih suka memikirkan hal-hal yang dekat, terjangkau dan berbau senang-senang atau fun.Hal itu masih wajar bila mereka tidak terjerembab pada pilihan-pilihan yang jelas-jelas negatif.Remaja memang memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan dunia dewasa dan orang tua.Yang diperlukan adalah kontrol dan pengarahan mereka untuk selalu berada pada ‘jalan yang benar’. Pun kebenaran itu tidak harus diperspektifkan sebagai hal yang kaku dan tidak berwarna.Biarlah remaja tetap berada dalam dunia keremajaan dan keceriannya, sepanjang dalam batasan yang tidak kebablasan (musrif).Toh,remaja pada dasarnya juga mempunyai naluri sehatnya sendiri versi mereka,sungguhpun bagi kalangan tua (yang kolot) kadang banyak hal yang dilakukan remaja hari ini tampak asing,aneh dan dianggap melanggar.

Remaja adalah pribadi-pribadi yang gelisah.Posisi organisasi remaja seharusnya mampu menjadi ‘pelarian’ (dalam artian positif) bagi kegelisahan mereka. Para remaja banyak yang merasa kesepian dan membutuhkan pendamping, di luar orang tua dan guru mereka. Apalagi dalam satu kasus ketika orang tua tidak cukup waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak,dan guru hanya bisa mengajarkan mata pelajaran secara teks book semata. Organisasi remaja semisal Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU),Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM),Pelajar Islam Indonesia (PII),Remaja Masjid, Karang Taruna dan sebagainya harus mampu melakukan reorientasi program dan kegiatan yang mempunyai sense kuat terhadap kebutuhan remaja. Kalau ini terpenuhi,maka remaja-remaja kita akan merasa memiliki teman yang mengasikkan namun sekaligus mampu memberikan guidance.

Kegagalan Pendidikan Maraknya geng motor yang bersifat destruktif dilihat dari sudut pandang lain juga merupakan wujud kekagalan dari pendidikan kita.Betapa para pelajar kita tidak cukup hanya diajari mata pelajaran tertentu,atau hanya didorong hanya untuk lulus ujian.Pelajar dan remaja membutuhkan sesuatu yang lebih dari itu: moral dan etika secara practical.

Karenanya,pendidikan harus kembali benar-benar diarahkan untuk tidak sekedar menggenjot capaian-capaian pada aspek kognitif semata,namun harus diseimbangkan dengan aspek afeksi dan psikomotorik.Nilai bagus memang penting,namun tentu tidak hanya itu.Pengajaran dan pemantauan terhadap budipekerti pelajar juga tidak kalah penting untuk dilakukan secara intensif. Bagaimana dengan Ujian Nasional (UN)? UN dalam satu sisi memang mampu memicu siswa untuk belajar.Namun pertanyannya,apakah itu terjadi karena terpaksa atau memang kerelaan.Analisa sementara,pelajar kita cenderung terpaksa.Karena itu mereka merasa stress dan tertekan.Kondisi stress inilah yang kemudian mengarahkan para pelajar dan remaja untuk mencari pelampiasan dan ruang untuk refreshing. Informasi soal kenaikan nilai UN dari mnimal 5 menjadi 5,25 mau tidak mau akan semakin menambaha rasa stress itu.

Dan semakin mereka stress,tuntutan dari dalam diri untuk mencari tempat pelarian akan semakin besar.Termasuk penambahan mata pelajaran yang diujikan dari hanya tiga pelajaran menjadi enam pelajaran. Pada sebuah kesempatan auidensi dengan Wapres Jusuf Kalla,kepada penulis beliau menyatakan kegembiraannya akan keberhasilan UN memacu siswa untuk belajar dan terpaksa belajar sehingga tidak punya waktu untuk tawuran dan sebagainya.

Makanya beliau sangat mendukung UN tetap dilaksanakan. Bahkan beliau sampai berucap, ‘Kalau ada siswa yang sampai bakar sekolah gara-gara UN,maka saya akan bangun sekolah yang lebih bagus lagi’. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya mampu mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan zaman.Kesiapan itu tentu bukan semata pada wilayah capaian nilai formal. Maka sekolah harus mampu melihat dan memperlakukan pelajar sebagai pribadi yang utuh.

Tidak pas kalau sekolah hanya menuntut siswanya untuk belajar dan belajar untuk memenuhi targetan angka-angka.Karena para pelajar harus dikenalkan untuk mempelajari kehidupan yang sesungguhnya. Dus,kondisi terpaksa dan tertekan pelajar tetap berlangsung,maka ini jelas tidak akan menyehatkan.Bagaimana mungkin kondisi tertekan akan melahirkan generasi yang cerdas dan tanggap lingkungan? Kalau hal semacam ini akan tetap dipertahankan,maka kita patut khawatir bila geng motor dengan aura kekerasannya akan semakin marak.Semoga tidak.

(*) IDY MUZAYYAD, M.SI Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

Beda Pendapat Ulama' tentang zakat tanaman

Perbedaan Pendapat Ulama' mengenai Zakat Tanaman


Ditinjau dari segi bahasa, kata Zakat memiliki beberapa arti, yaitu al Barokatu yang berarti Keberkahan, al Namaa ( pertumbuhan dan perkembangan ), ath Thaharotu ( kesucian ), dan ash shalahu ( keberesan ). Sedangkan secara istilah, meskipun meskipun ulama’ mengemukakannyadengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan yang lain, akan tetapi pada prinsipnya sama yaitu Zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.1

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan menurut Islam. Sangat nyata dan erat sekali yaitu bahwa harta yang dikeluarkan. Zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, tambah, suci dan beres.


Hasil pertanian yang wajib dizakati

Kewajiban untuk mengeluarkan zakat telah ditegaskan dalam al Qur’an surat al An’am ayat 141 :

Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung. Pohon kurma dan tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa ( bentuk dan warnanya ), dan tidak sama ( rasanya ). Makanlah dari buahnya ( yang bermacam-macam itu ) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ( dengan disedekahkan kepada fakir miskin ), dan janganlah kamu berlebih-lebihan ( al An’am : 141 )


Dalam ayat tersebut di atas ada kalimat “dan tunaikanlah haknya” oleh ulama ditafsirkan ( ath Thabrani ) dan ulama’ lainnya, bahwa pengertian hak adalah “ zakat “.

Adapun zakat pertanian yangharus dilakukan terdapat dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, an Nasa’i, dan Abu Daud yaitu :

Yang dialiri sungai atau hujan, zakatnya 10%, sedangkan yang disirami dengan pengairan ( irigasi ), zakatnya 5% ( H.R. Ahmad, Muslim, an Nasa’i, dan Abu Daud ).


Mengenai jenis hasil pertanian bumi para Ulama’ berbeda pendapat antara lain :

Ibnu Umar dan sebagian Ulama’ salaf berpendapat bahwa zakat yang wajib ada empat jenis tanaman saja, yaitu : hintah ( gandum ), syair ( sejenis gandum ), kurma dan anggur. Karena hanya empat jenis tanaman itulah yang terdapat dalam hadits.

Imam Malik dan Syafi’I berpendapat bahwa jenis tanaman yang wajib zakat adalah makanan pokok sehari-hari anggota masyarakat seperti : beras, jagung, sagu. Selain makanan pokok itu tidak dikenakan zakat. Oleh Syafi’i dikatakan juga bahwa kurma dan anggur wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah.

Imam Ahmad berpendapat bahwa biji-bijian yang kering dan dapat ditimbang ( ditakar ), seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dikenakan zakatnya.

Abu Hanifah berpendapat bahwa semuja tanaman hasil bumi yang bertujuan untuk mendapat penghasilan diwajibkan mengeluarkan zakatnya walaupun belum menjadi makanan pokok. Sebagai landasan beliau adalah surat al Baqarah ayat 267.

Nisab dan besarnya zakat dan buah-buahan

Tanaman hasil bumi yang dapat ditakar dengan literan dan ada juga yang hanya ditimbang dengan timbangan saja. Bila ditakar dengan literan, nisabnya 930 liter dan bila ditimbang seberat 750 kg. sedangkan tanaman yang tidak dapat ditimbang atau ditakar, seperti pete maka dapat dipertimbangkan dengan harganya. Bila telah sampai nisabnya seharga 93,6 gr dikeluarkan zakat.

Besarnya zakat hasil pertanian berkisar dua kemungkinan, yaitu 10% ( bila tidak memerlukan biaya ) dan 5% bila memerlukan biaya yang besar. Jadi zakat yang dikeluarkan adalah :




Az Zuhail dalam al Fiqh al Islamiwa Adilatuhu mengemukakan berbagai pendapat Madzhab dalam hal zakat pertanian. Pertama, menurut Imam Abu Hanifah bahwa zakat itu harus dikeluarkan dari semua jenis tanaman yang tumbuh di bumi, baik jumlahnya sedikit walaupun banyak, kecuali kayu bakar, rerumputan, bambu parsi yang biasa dipergunakan.

1 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani Press. Hal 7

Beda Pendapat Ulama' tentang Zakat Tanaman

Ditinjau dari segi bahasa, kata Zakat memiliki beberapa arti, yaitu al Barokatu yang berarti Keberkahan, al Namaa ( pertumbuhan dan perkembangan ), ath Thaharotu ( kesucian ), dan ash shalahu ( keberesan ). Sedangkan secara istilah, meskipun meskipun ulama’ mengemukakannyadengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan yang lain, akan tetapi pada prinsipnya sama yaitu Zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.1

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan menurut Islam. Sangat nyata dan erat sekali yaitu bahwa harta yang dikeluarkan. Zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, tambah, suci dan beres.


Hasil pertanian yang wajib dizakati

Kewajiban untuk mengeluarkan zakat telah ditegaskan dalam al Qur’an surat al An’am ayat 141 :

Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung. Pohon kurma dan tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa ( bentuk dan warnanya ), dan tidak sama ( rasanya ). Makanlah dari buahnya ( yang bermacam-macam itu ) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ( dengan disedekahkan kepada fakir miskin ), dan janganlah kamu berlebih-lebihan ( al An’am : 141 )


Dalam ayat tersebut di atas ada kalimat “dan tunaikanlah haknya” oleh ulama ditafsirkan ( ath Thabrani ) dan ulama’ lainnya, bahwa pengertian hak adalah “ zakat “.

Adapun zakat pertanian yangharus dilakukan terdapat dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, an Nasa’i, dan Abu Daud yaitu :

Yang dialiri sungai atau hujan, zakatnya 10%, sedangkan yang disirami dengan pengairan ( irigasi ), zakatnya 5% ( H.R. Ahmad, Muslim, an Nasa’i, dan Abu Daud ).


Mengenai jenis hasil pertanian bumi para Ulama’ berbeda pendapat antara lain :

Ibnu Umar dan sebagian Ulama’ salaf berpendapat bahwa zakat yang wajib ada empat jenis tanaman saja, yaitu : hintah ( gandum ), syair ( sejenis gandum ), kurma dan anggur. Karena hanya empat jenis tanaman itulah yang terdapat dalam hadits.

Imam Malik dan Syafi’I berpendapat bahwa jenis tanaman yang wajib zakat adalah makanan pokok sehari-hari anggota masyarakat seperti : beras, jagung, sagu. Selain makanan pokok itu tidak dikenakan zakat. Oleh Syafi’i dikatakan juga bahwa kurma dan anggur wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah.

Imam Ahmad berpendapat bahwa biji-bijian yang kering dan dapat ditimbang ( ditakar ), seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dikenakan zakatnya.

Abu Hanifah berpendapat bahwa semuja tanaman hasil bumi yang bertujuan untuk mendapat penghasilan diwajibkan mengeluarkan zakatnya walaupun belum menjadi makanan pokok. Sebagai landasan beliau adalah surat al Baqarah ayat 267.

Nisab dan besarnya zakat dan buah-buahan

Tanaman hasil bumi yang dapat ditakar dengan literan dan ada juga yang hanya ditimbang dengan timbangan saja. Bila ditakar dengan literan, nisabnya 930 liter dan bila ditimbang seberat 750 kg. sedangkan tanaman yang tidak dapat ditimbang atau ditakar, seperti pete maka dapat dipertimbangkan dengan harganya. Bila telah sampai nisabnya seharga 93,6 gr dikeluarkan zakat.

Besarnya zakat hasil pertanian berkisar dua kemungkinan, yaitu 10% ( bila tidak memerlukan biaya ) dan 5% bila memerlukan biaya yang besar.


Az Zuhail dalam al Fiqh al Islamiwa Adilatuhu mengemukakan berbagai pendapat Madzhab dalam hal zakat pertanian. Pertama, menurut Imam Abu Hanifah bahwa zakat itu harus dikeluarkan dari semua jenis tanaman yang tumbuh di bumi, baik jumlahnya sedikit walaupun banyak, kecuali kayu bakar, rerumputan, bambu parsi yang biasa dipergunakan.

1 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani Press. Hal 7